JAKARTA, cinews.id – Indonesia Police Watch (IPW) menduga ada aktor intelektual di balik kasus penyerangan dan pembubaran paksa diskusi Forum Tanah Air (FTA) di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan. Dalangnya diduga kuat dari organisasi masyarakat (ormas) sebuah partai politik (parpol) besar di Tanah Air.
“Saya cuma menyatakan bahwa pelaku pengerusakan dan tindakan anarkis ini ada berhubungan dengan satu ormas partai politik besar. Berhubungan!,” kata Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso kepada Metrotvnews.com, Selasa (1/10/2024).
Sugeng belum bisa memastikan ormas dan parpol tersebut. Namun, berdasarkan video yang beredar di media sosial TikTok, kata Sugeng, ormas itu berkaitan dengan Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
“Jadi pelakunya ini berhubungan. Misalnya dengan anggota AMPG, itu kan ada. Tapi saya tidak bisa menyatakan dia (kelompok) itu anggota AMPG. Karena dia tidak memakai baju AMPG. Tapi, dia berada di tengah-tengah kegiatan Golkar,” ungkap Sugeng.
Sugeng menuturkan massa pelaku penyerangan terekam kamera tengah berada dalam acara Partai Golkar dan videonya beredar di TikTok. Dalam video, kata Sugeng, terlihat pelaku pembubar diskusi tengah berbincang-bincang dengan anggota AMPG.
“Dia sendiri tidak pakai seragam AMPG ya. Dengan Golkar Pusat. Kita identifikasi ini kan anak-anak Indonesia Timur. Ada yang mengkait-kaitkan dengan Golkar yang sekarang diketuai oleh orang dari Indonesia Timur,” ungkapnya.
Sugeng memandang dalam politik memang mudah mengkait-kaitkan. Lama-lama, dari yang berkaitan itu terbukti kebenarannya. Berbeda dengan hukum yang harus melalui proses pemeriksaan dan alat bukti.
“Tapi kalau di politik itu, gampang nebaknya, tapi tidak bisa dikaitkan dengan pembuktian hukum,” ucapnya.
Sugeng meyakini ada aktor intelektual dalam peristiwa pembubaran diskusi itu, karena tampang pelaku bukan orang-orang yang berurusan dengan politik diskusi. Sugeng memandang para pelaku hanya memikirkan makan tiga kali sehari, dapat tempat tidur di perantauan, dapat rokok, dan bisa senang-senang.
“Ini kompleks masalah di Indonesia, ke depannya makin kompleks. Ini yang saya agak-agak khawatir. Makanya IPW gencar. Jadi, semua proses hukum yang terkait dengan “kekuasaan” itu kompleksitasnya tinggi,” pungkasnya.
Eksplorasi konten lain dari Cinews.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.