Teheran, CINEWS.ID – Pemerintah Iran mengonfirmasi, bahwa tiga fasilitas nuklir utamanya, Fordo, Natanz dan Isfahan menjadi sasaran serangan militer pada Sabtu 21 Juni 2025 malam waktu setempat.
Pernyataan itu menyusul pengumuman Presiden Amerika Serikat (USA) Donald Trump yang sebelumnya menyatakan bahwa serangan terhadap ketiga situs tersebut dilakukan oleh militer AS dan sukses besar.
Di lansir Media Iran Fars dan IRNA, bahwa serangan terjadi setelah sistem pertahanan udara Iran mendeteksi aktivitas mencurigakan di wilayah udara mereka.
“Beberapa jam yang lalu, setelah aktivasi sistem pertahanan udara Qom dan identifikasi target musuh, sebagian wilayah situs nuklir Fordo diserang oleh angkatan udara musuh,” kata juru bicara pusat manajemen krisis wilayah Qom.
Wakil gubernur keamanan Isfahan juga mengonfirmasi adanya penyusupan di dekat dua lokasi lainnya.
“Kami menyaksikan penyusupan di dekat fasilitas nuklir di Isfahan dan Natanz. Pertahanan udara telah diaktifkan untuk menghadapi target musuh, namun beberapa ledakan terdengar,” ungkapnya.
Media Iran menyatakan bahwa ketiga lokasi tersebut telah dievakuasi terlebih dahulu sebelum serangan terjadi.
Ketiga situs yang diserang memiliki peran strategis dalam program nuklir Iran dan telah lama menjadi perhatian komunitas internasional.
Fordo, fasilitas nuklir bawah tanah yang terletak di pegunungan dekat kota suci Qom, diyakini kebal terhadap sebagian besar serangan konvensional karena kedalamannya yang mencapai hampir 90 meter di bawah permukaan tanah.
Di tempat ini, Iran telah memperkaya uranium hingga tingkat kemurnian 60 persen, mendekati level senjata nuklir.
Isfahan, di Iran tengah, merupakan kompleks penelitian nuklir terbesar di negara itu. Dibangun dengan bantuan Tiongkok pada 1984, fasilitas ini mempekerjakan sekitar 3.000 ilmuwan dan menjadi pusat bagi riset, reaktor nuklir kecil, fasilitas konversi bahan nuklir, dan laboratorium teknologi nuklir lainnya.
Sementara itu, Natanz adalah fasilitas pengayaan uranium terbesar di Iran, terletak sekitar 250 km di selatan Teheran. Situs ini memiliki kapasitas hingga 50.000 sentrifus, termasuk di antaranya fasilitas bawah tanah yang menjadi target utama serangan.
Ketegangan di kawasan Teluk Persia meningkat, usai seorang utusan penting Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyerukan serangan langsung terhadap pasukan Amerika Serikat dan penutupan Selat Hormuz.
Hal itu respon Iran terhadap serangan udara besar-besaran yang dilancarkan oleh militer AS terhadap fasilitas nuklir utama Iran pada Ahad 22 Juni 2025 dini hari.
Hossein Shariatmadari, utusan Khamenei mengeluarkan pernyataan keras yang menggambarkan sikap balasan Iran terhadap eskalasi militer AS.
“Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus melancarkan serangan rudal terhadap armada angkatan laut AS di Bahrain dan sekaligus menutup Selat Hormuz untuk kapal-kapal Amerika, Inggris, Jerman, dan Prancis,” kata Shariatmadari, seperti dilansir Iran International.
Seruan ini menandakan kemungkinan perubahan besar dalam strategi militer Iran, yang selama ini menghindari konfrontasi langsung dengan kapal-kapal perang Barat di Teluk.
Selat Hormuz yang merupakan jalur penting bagi sekitar 20 persen pasokan minyak dunia berpotensi menjadi titik konflik baru, ketegangan antara Iran dan AS bisa berdampak besar pada stabilitas regional dan pasar energi global.
Shariatmadari, meski bukan pejabat pemerintah resmi, dikenal memiliki kedekatan ideologis dan politik dengan Pemimpin Tertinggi. Pernyataannya sering dipandang sebagai cerminan dari arah kebijakan yang akan atau sedang dipertimbangkan oleh lingkaran dalam Republik Islam Iran.
Pernyataan Shariatmadari disampaikan tak lama setelah pesawat pengebom siluman B-2 milik AS menghantam instalasi nuklir di Fordo, Natanz, dan Isfahan dalam apa yang disebut Gedung Putih sebagai “Operasi Midnight Hammer.”
Iran menilai serangan tersebut sebagai tindakan perang langsung dan ilegal.
“Amerika Serikat, anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah melakukan pelanggaran berat terhadap Piagam PBB, hukum internasional, dan NPT dengan menyerang instalasi nuklir damai Iran,” ujar Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi
Editor: Dio |