Hukum  

Kepala BPJN Kalbar Dedy Mandarsyah Diklarifikasi KPK Soal Kejanggalan Hartanya

JAKARTA, Cinews.id – Usai diklarifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal kejanggalan dalam pengisian laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN), pada Kamis (30/1/2025) pukul 19.26 WIB. Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Barat (Kalbar) Dedy Mandarsyah enggan memerinci alasan kenaikan hartanya setiap tahun.

“Setelah itu saja ya, setelah ada hasilnya ya,” kata Dedy di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (30/1/2025).

Dedy membantah adanya aset yang tidak dilaporkan. Menurutnya, dia mengisi LHKPN dengan benar.

“Enggak ada (yang tidak dilaporkan), semuanya sudah saya laporkan,” ujar Dedy.

Dedy enggan membeberkan pertanyaan KPK sepanjang meminta klarifikasi LHKPN miliknya. Dia memilih buru-buru meninggalkan markas Lembaga Antirasuah.

“Saya mau pulang,” ucap Dedy.

Sebelumnya, KPK tengah mendalami harta kekayaan Dedy. Dia disorot warganet usai namanya dikaitkan sebagai ayah dari mahasiswa bernama Lady Aurelia Pramesti yang tersangkut kasus penganiayaan seorang mahasiswa koas Universitas Sriwijaya (Unsri) bernama Luthfi.

Berdasarkan harta kekayaan yang disampaikan ke KPK pada 31 Desember 2023, Dedy tercatat memiliki kekayaan Rp9,4 miliar. Dedy melaporkan kepemilikan aset tanah dan bangunan senilai Rp750 juta di Jakarta Selatan. Dedy juga melaporkan kepemilikan mobil Honda CRV Tahun 2019 senilai Rp450 juta dengan keterangan sebagai hadiah.

Dedy tercatat memiliki harta bergerak lainnya senilai Rp830 juta; surat berharga Rp670.700.000; kas dan setara kas Rp6.725.751.869 dan nihil utang.

Dedy mengalami peningkatan harta sekitar Rp500 juta dari laporan satu tahun sebelumnya. Pada 30 Desember 2022, Dedy tercatat mempunyai harta kekayaan senilai Rp8.915.130.867.

Ini bukan pertama kali KPK mendalami kekayaan pejabat buntut kasus penganiayaan yang viral di media sosial. Sebelumnya, KPK pernah mengecek harta kekayaan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo buntut penganiayaan yang dilakukan oleh anak Rafael Alun, Mario Dandy Satrio terhadap David Ozora. Rafael Alun kemudian terbukti menerima gratifikasi selama menjabat sebagai pemeriksa pajak di Ditjen Pajak.


Eksplorasi konten lain dari CINEWS.ID

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.