BKKBN Siapkan Skema Care Economy untuk Kurangi Beban Keluarga

Jakarta, CINEWS.ID – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) menginisiasi konsep care economy, yang merupakan sebuah pendekatan yang menempatkan pekerjaan merawat bukan sekadar aktivitas domestik tanpa nilai, tapi merupakan bagian penting dari roda ekonomi.

Merawat anak, orangtua, atau anggota keluarga yang sakit sering kali dianggap bagian dari “tugas alami” seorang ibu rumah tangga.  Padahal, pekerjaan ini menyita waktu, energi, bahkan mengorbankan peluang untuk bekerja di luar rumah. Sayangnya, semua upaya itu belum benar-benar diakui sebagai kontribusi ekonomi. 

Melalui skema insentif dan dukungan yang kini tengah dirancang, para perempuan terutama ibu rumah tangga diupayakan tetap bisa produktif tanpa harus memilih antara pekerjaan dan keluarga.

“Care economy ini tidak hanya merawat anak, tetapi juga merawat lansia, orang sakit, difabel. Selama ini pekerjaan informal seperti ini tidak dihargai secara ekonomi. Padahal peran ibu rumah tangga dan keluarga sangat penting,” kata Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN, Bonivasius Prasetya Ichtiarto dalam forum di Ambarawa, Jawa Tengah, Sabtu (26/7/2025). 

Dalam hal ini, beban merawat para lansia biasanya ditanggung oleh keluarga, terutama perempuan ibu rumah tangga atau anak perempuan dalam keluarga tanpa dukungan finansial maupun fasilitas dari negara.

Salah satu inisiatif awal dari Kemendukbangga adalah program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), yaitu daycare yang disediakan di tempat kerja, agar perempuan tetap dapat bekerja sambil anaknya dirawat. Tapi itu baru sebagian kecil dari konsep besar care economy yang ingin dikembangkan pemerintah.

“Kalau seorang ibu merawat anaknya, dia tidak bisa bekerja, berarti dia kehilangan pekerjaan. Seperti itu pandangannya kurang lebih. Lalu, apa yang pemerintah lakukan? Sekarang memang sudah dirancang rencana aksi untuk care economy ini, nanti setiap dukungan yang diberikan itu dihitung nilainya, kalau misal dia enggak bekerja tetapi merawat anaknya, ada dukungan dari pemerintah,” ujarnya. 

Dalam rencana aksi nasional yang kini sedang disusun, skema insentif akan dikembangkan melalui dua jalur, seperti dukungan finansial langsung (insentif). Insentif ini diberikan untuk ibu rumah tangga yang tidak bisa bekerja karena merawat anak atau orangtua, akan dihitung nilai ekonomi dari waktu dan tenaga yang mereka berikan. 

Kemudian skema kedua adalah pemerintah bisa menyediakan tenaga perawat lansia dari warga di usia produktif. 

“Upaya ini dapat dilihat contohnya di negara-negara Skandinavia, yang mana warga yang pernah merawat lansia bisa “menukar” jasa tersebut dengan hak mendapatkan perawatan saat mereka lansia nanti,” paparnya. 

Rencana ini bertujuan mengurangi beban ekonomi dalam rumah tangga yang kini berada dalam tekanan besar, biaya pendidikan anak, kebutuhan konsumsi harian, serta perawatan orangtua lansia. 

Jika tidak ditangani dengan sistemik, meningkatnya populasi lansia akan menjadi beban ekonomi nasional, baik dari sisi belanja negara maupun produktivitas tenaga kerja. 

Skema insentif care economy ini pun diharapkan dapat mengubah paradigma terkait pekerjaan merawat bukan tanggung jawab personal semata, melainkan kerja sosial yang layak dihargai. 

“Dengan begitu, generasi produktif tetap bisa bekerja dan menopang ekonomi, sementara lansia dan anak-anak mendapatkan perawatan yang layak,” pungkasnya. 

Editor : Jajang Suryana