Jakarta, CINEWS.ID – Insiden diduga keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa, 22 Juli 2025, memicu gelombang kritik di media sosial.
Sejumlah WargaNet meminta penyelenggaraan program MBG agar lebih memperhatikan prosedur pencegahan agar meminimalisasi potensi kerugian di masa mendatang. WargaNet pun mempertanyakan efektivitas dan pengawasan dalam pelaksanaan program MBG.
Menurut WargaNet, kompleksitas pelaksanaan program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini sangat tinggi karena melibatkan banyak pihak. Bahkan, sejumlah pengguna media sosial mengusulkan agar pemerintah mengalihkan program MBG ke pendidikan gratis bagi siswa.
Banyak dari mereka yang menilai kualitas dan pengawasan makanan perlu dievaluasi sebelum didistribusikan kepada siswa.
Sebelumnya, viral di media sosial sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), diduga mengalami keracunan usai mengonsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah.
Para korban dilarikan ke beberapa rumah sakit di Kota Kupang, seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) S.K Lerik dan, RS Siloam dan RS Mamami, Selasa, 22 Juli 2025.
Berdasarkan informasi yang diterima CINEWS, Rabu (23/7/2025), sejumlah siswa yang di rawat dalam ruangan UGD RSUD S.K Letik Kota Kupang, terbaring dengan lemas, bajkan ada yang menjerit karena kesakitan dibagian perut.
Menurut salah satu siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang, Jaki Banu mengaku, awalnya ia merasakan sakit perut sejak pulang sekolah. Siswa kelas VII itu bilang, dia mengalami sakit perut sejak pukul 12.00 Wita.
“Mulai sakitnya itu pada jam 12 siang saat pulang sekolah. Pas mau tidur malam, sakit lagi, itu mulai dari jam 12 malam sampai jam 5 pagi perut saya masih sakit, mau tidur tidak bisa,” kata Jaki kepada wartawan di RSUD S.K Lerik Kota Kupang, Selasa (22/7/2025).
Jaki mengkonsumsi MBG yang dibagikan di sekolah, pada Senin, 21 Juli 2025 kemarin. Makanan yang dibagikan itu berupa nasi, rendang, kacang panjang.
Sementara itu orang tua Jaki, Jonathan Banu mengaku khawatir terhadap peristiwa ini. Ia menyebut, kondisi anaknya diduga keracunan MBG.
“Kita rasa gelisah karena lihat anak begini banyak rasa sakit yang sama. Kita sebagai orang tua khawatir dengan kondisi anak kita,” katanya kepada media..
Jonhatan membenarkan keluhan yang dialami anaknya itu sejak pulang sekolah pada Senin, 21 Juli 2025 lalu.
“Pas mau tidur malam masih mengeluh sakit perut,” ujarnya.
Sementara siswa lainnya, Jordan Doko mengaku ada ulat di pisang dan daging yang dibagikan kepada mereka.
“Lauk yang kami makan itu ada nasi, rendang, sayur kacang panjang, tahu dan pisang. Di pisang dan daging itu ada ulat dan baunya sudah tidak enak,” ungkap siswa kelas VIII SMPN 8 Kota Kupang itu.
Sementara, Kepala SMP Negeri 8 Kota Kupang, Dra. Maria Th. Roslin S. Lana, mengatakan, bahwa total siswa yang saat ini menjalani perawatan di tiga rumah sakit tersebut sebanyak 111 orang. Pun demikian, Roslin tidak dapat memastikan apakah ratusan siswa ini mengalami keracunan akibat dari MBG tersebut.
“Ada 111 siswa yang tersebar di kelas VII hingga IX itu dirawat di tiga rumah sakit. Total siswa di SMP Negeri 8 Kota Kupang 1.050 orang” pungkasnya.
Editor: M. Ibnu Ferry |