Lampung, CINEWS.ID – Sebuah virus corona baru yang diberi nama HKU5-CoV-2 ditemukan di China, virus baru itu pun kini menjadi perhatian serius para ilmuwan internasional. Virus ini disebut hanya membutuhkan satu mutasi kecil lagi untuk dapat menular dan menyebabkan wabah di kalangan manusia. Temuan ini memicu kekhawatiran global akan potensi pandemi baru yang bisa menyusul jejak Covid-19.
Peneliti dari Washington State University mengungkap bahwa virus HKU5-CoV-2 berasal dari kelompok virus yang berkerabat dekat dengan MERS-CoV, virus mematikan yang pertama kali ditemukan di Timur Tengah dan memiliki tingkat kematian mencapai 34 persen.
Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, para ilmuwan melakukan serangkaian eksperimen laboratorium untuk menguji kemampuan virus ini dalam menginfeksi sel manusia.
Tim ilmuwan menggunakan pendekatan canggih berupa uji virus hidup, pemodelan protein, dan simulasi berbasis kecerdasan buatan untuk memetakan kemungkinan perpindahan virus dari kelelawar ke manusia. Mereka menemukan bahwa perubahan kecil pada protein spike virus—komponen utama yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel dapat memungkinkannya mengikat reseptor ACE2 manusia, yaitu protein yang juga menjadi gerbang utama bagi Covid-19 untuk menginfeksi tubuh manusia.
Dalam percobaan laboratorium, para peneliti menciptakan pseudovirus, partikel virus buatan yang membawa protein spike HKU5 namun tidak berbahaya dan tidak dapat bereplikasi. Pseudovirus ini kemudian dimasukkan ke dalam sel yang telah direkayasa untuk membawa reseptor ACE2 kelelawar dan manusia. Hasilnya, virus mampu menginfeksi sel kelelawar dengan mudah.
Namun yang mengkhawatirkan, beberapa mutasi pada spike terbukti meningkatkan kemampuannya untuk memasuki sel manusia.

Professor Michael Letko, ahli virologi yang memimpin studi ini mengatakan, bahwa HKU5-CoV-2 sangat mungkin untuk berkembang menjadi virus yang mampu menular antar manusia.
“Virus HKU5 sebelumnya tidak terlalu diperhatikan, tapi studi kami menunjukkan bahwa mereka hanya selangkah lagi dari potensi penularan ke manusia,” kata Michael di kutip, Senin (9/6/2025).
Virus ini awalnya ditemukan di spesies kelelawar bernama Pipistrellus abramus atau Japanese house bat, yang tersebar di wilayah selatan dan timur China. Ironisnya, HKU5 pertama kali didokumentasikan oleh para ilmuwan dari laboratorium yang juga disebut-sebut sebagai sumber potensial kebocoran virus Covid-19, yaitu Wuhan Institute of Virology.
Para ahli memperingatkan bahwa perdagangan satwa liar yang tidak terkontrol di pasar basah China dapat menciptakan peluang bagi virus ini untuk berpindah ke hewan perantara seperti musang atau cerpelai, sebelum akhirnya menular ke manusia, skenario yang sangat mirip dengan dugaan asal mula pandemi Covid-19.
Yang membuat virus ini semakin menakutkan adalah kedekatannya dengan keluarga merbecovirus, kelompok virus corona yang mencakup MERS-CoV. Selain HKU5, tim peneliti juga mempelajari berbagai varian lain dari merbecovirus dan menemukan bahwa beberapa di antaranya, termasuk Lineage 2 dari HKU5, telah memiliki kemampuan untuk menempel pada reseptor ACE2 manusia bahkan tanpa mutasi tambahan.
Meski saat ini HKU5-CoV-2 belum terdeteksi pada manusia, para ilmuwan menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap virus ini. Jika mutasi yang diperlukan terjadi di alam, terutama melalui hewan perantara maka dunia bisa kembali menghadapi ancaman wabah besar dengan skala yang belum bisa diprediksi.
“Potensi itu nyata dan harus diawasi dengan sangat serius,” tegas Letko.
“Kita sudah belajar dari Covid-19 bahwa dunia tidak boleh lagi lengah terhadap virus dari hewan yang bisa menular ke manusia.” pungkasnya.
Sumber: jurnal Nature Communications |
Editor: M. Ibnu Ferry |