LAMPUNG, Cinews.id – Singkong impor menyerbu Tanah Air membuat harga singkong di Lampung ambruk. Dari informasi yang di terima Cinews.id, Hari ini, Ahad (26/1/2025), harga singkong di Lampung hanya berkisar Rp 1.000 per kilogram.
Hal ini terjadi karena perusahaan pengolahan tepung tapioka tidak menyerap singkong petani dengan maksimal, lantaran banyaknya impor.
Para petani singkong pun menjerit, Pekan lalu pada Kamis (23/1/2025), ribuan petani singkong dari wilayah Kabupaten Tulangbawang, Tulangbawang Barat, dan Mesuji menggelar demostrasi di depan gedung DPRD Lampung, para petani singkong menuntut agar perusahaan mau menyerap singkong petani dengan harga sesuai sesuai Surat Edaran (SE) Nomor 7 Tahun 2025 tentang Pembinaan Petani dan Monitoring Harga dan Kualitas Ubi Kayu di Provinsi Lampung yang diterbitkan Pj Gubernur Lampung Samsudin, yaitu Rp 1.400 per kilogram.
Tak hanya di gedung DPRD Provinsi Lampung, Ribuan petani singkong itu pun berunjuk rasa di tiga pabrik tapioka yang ada di Tulangbawang. Mereka menuntut agar ketiga perusahaan segera menerapkan harga singkong sesuai Surat Keputusan Bersama (SKB) yang disepakati, yaitu Rp 1.400 per kilogram.

Perlu di ketahui, dalam SKB yang di tandatangani pada 23 Desember 2024 itu telah disepakati perusahaan membeli singkong dari petani seharga Rp 1.400 per kilogram.
Namun belakangan, pihak perusahaan belum menjalankan kesepakatan tersebut, dan menurut keterangan dari salah seorang petani singkong, hingga kini perusahaan masih membeli singkong dengan harga lama yang lebih rendah.
Menanggapi hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memastikan akan menindak tegas importir singkong yang lebih memilih produk luar daripada petani dalam negeri.

“Kami akan undang industri, undang petaninya. Kami minta kepada importir, tegas, jangan zalimi petani,” kata Amran, dalam keterangan tertulisnya pada, Jumat (24/1/2025).
Amran menegaskan, importir tidak boleh berpikir sebagai penjajah, Industri yang lebih memilih produk dari negara lain daripada dalam negeri diragukan patriotismenya.
“Mengimpor produk pangan dari negara lain lebih dari produk dalam negeri, diragukan patriotismenya. Tandanya itu mereka lebih sayang petani luar,” ucapnya.
Dia juga mengingatkan, pihak yang menzalimi petani akan ditindak. Sebab, pemerintahan di bawah Presiden Prabowo Subianto telah menekankan untuk melindungi dan menyejahterakan petani ataupun rakyat kecil.
“Menzalimi petani, menzalimi rakyat Indonesia itu adalah pengkhianat bangsa,” tegasnya.
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo mengapresiasi reaksi yang ditunjukkan Mentan Amran ketika mengetahui ada pabrik tepung tapioka yang lebih mengutamakan singkong dari luar dibanding petani lokal.
Menurut Firman, komoditas pangan seperti singkong tumbuh subur di Indonesia, jumlahnya pun melimpah.
“Tanpa impor aja, harga singkong terpukul apalagi ada impor. Buat apa program swasembada pangan digembor-gemborkan sedangkan bahan komoditas pangan yang melimpah aja diimpor,” kata Firman dikutip, Ahad (26/1/2025).
Namun bila di cermati lebih jauh, dalam hal ini tak bisa menyalahkan industri soal membanjirnya impor singkong, sebab diketahui, singkong impor punya keunggulan, selain lebih murah, singkong impor juga sesuai kebutuhan industri, terutama dalam segi kualitas, ukuran dan keberlanjutan pasokan.
Kurangnya kualitas singkong petani dalam negeri sebagai bahan produksi, dikarenakan singkong bukan produk utama pertanian, singkong di dalam negeri kurang terurus, khususnya dari sisi pemupukan, alhasil, produktivitasnya rendah dan keberlanjutan produksinya kurang terjamin.
Dengan kondisi ini, seharusnya Pemerintah lebih fokus mengurus perdagangan singkong, terutama Kementerian Pertanian (Kementan) harus memandang singkong sebagai usaha tani yang profesional. Tidak seperti yang selama ini, singkong ditanam di tanah marjinal,
Kiranya kejadian ini menjadi alarm agar budidaya singkong menjadi lebih baik, baik dar sisi produksi maupun kualitas.
Berkaca dari persoalan ini, merupakan bukti bahwa relasi petani dan pengusaha kurang berjalan lancar. Semestinya Pabrik tepung tapioka senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan para kelompok tani dan petani dalam negeri.