PURWOKERTO – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Jawa Tengah, bersiap menghadapi potensi bencana kekeringan selama musim kemarau tahun 2024. Pada tahun lalu, ada 81 desa di Banyumas yang mengalami krisis air bersih.
“Berdasarkan informasi dari BMKG dan Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, kemungkinan musim kemarau tahun ini akan lebih panjang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banyumas Budi Nugroho pada Selasa, 7 Mei 2024.
Menurutnya, informasi tersebut telah direspons oleh internal BPBD Kabupaten Banyumas dan OPD lainnya dengan menggelar pertemuan untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang mungkin terjadi.
Budi menyatakan bahwa kekeringan tidak hanya memengaruhi ketersediaan air bersih untuk masyarakat, tetapi juga memengaruhi sektor pertanian.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap bersiap-siap karena kemungkinan musim kemarau kali ini lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar dia.
BPBD juga telah melakukan pengecekan terhadap sejumlah mata air di Banyumas untuk memastikan ketersediaan air bersih. BPBD juga sedang berupaya membangun sumur bor baru di Kecamatan Cilongok dan Rawalo melalui program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) dari salah satu badan usaha milik negara.
Berdasarkan data dari kemarau panjang pada 2019, terdapat 88 desa di Kabupaten Banyumas yang rawan bencana kekeringan. Pada kemarau tahun 2023, jumlah desa rawan kekeringan mencapai 81, dengan lokasi yang relatif sama dengan tahun sebelumnya.
Budi berharap pembangunan sumur bor bantuan dari Kementerian Pertahanan dan Polresta Banyumas di beberapa desa pada tahun 2023 dapat mengurangi jumlah desa yang rawan kekeringan.
Meskipun begitu, BPBD tetap menyiapkan bantuan air bersih dari APBD Kabupaten Banyumas, Perumdam Tirta Satria Banyumas, dan program pertanggungjawaban sosial dari berbagai perusahaan.
“Armada untuk mendistribusikan bantuan air bersih juga sudah kami siapkan,” jelasnya.
Eksplorasi konten lain dari Cinews.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.