JAKARTA – Pada hari Selasa 26 Maret 2024, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS dibuka dengan melemah.
Pelemahan ini dipicu oleh sentimen terkait kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan belum akan mengalami penurunan dalam waktu dekat.
Pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah turun sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.803 per dolar AS dari sebelumnya berada di posisi Rp15.800 per dolar AS.
Menurut pengamat pasar uang Ariston Tjendra, pelaku pasar masih mencermati sikap The Fed yang tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga acuannya.
“Data inflasi yang masih bertahan di atas level target 2 persen dan beberapa data ekonomi AS yang cukup bagus menjadi pertimbangan The Fed untuk tidak tergesa-gesa dalam menetapkan kebijakan suku bunga,” kata Ariston di Jakarta dikutip, Selasa (26/3/2024).
Pertumbuhan jumlah izin membangun perumahan AS yang masih menunjukkan pertumbuhan dibandingkan bulan sebelumnya menjadi indikasi bahwa perekonomian AS masih solid dan mampu menahan inflasi di level tinggi.
Di sisi lain, bank sentral China juga melakukan suntikan likuiditas via 7-day reverse repo pada pagi ini sebesar 150 miliar yuan setelah sebelumnya melakukan hal yang sama dengan besaran 50 miliar yuan.
Langkah ini seharusnya memberikan sentimen positif untuk aset berisiko seperti rupiah. Pagi ini, indeks saham Asia juga bergerak positif.
Meskipun demikian, rupiah masih tertahan di kisaran Rp15.803 per dolar AS setelah sebelumnya melemah dan menyentuh kisaran resisten Rp15.800 per dolar AS.
Ariston memprediksi potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.750 per dolar AS dengan potensi pelemahan ke arah Rp15.830 per dolar AS hingga Rp15.850 per dolar AS dalam beberapa waktu ke depan.
Pelaku pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan situasi global yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.
Eksplorasi konten lain dari Cinews.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.