Daerah  

Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi di Sejumlah Daerah di Jawa Tengah

Forecaster On Duty Stamer Ahmad Yani, Risca Maulida saat memantau prakiraan cuaca di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang.

SEMARANG, Cinews.id – Cuaca ekstrem berupa hujan lebat disertai angin kencang dan petir masih berpotensi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Rabu, 23 Oktober 2024, banjir air laut pasang (rob) pada pukul 01.00-04.00 WIB merendam daerah di Pantura, bahkan fenomena hujan es juga dimungkinkan terjadi di musim pancaroba ini.

Cuaca cerah dan berawan berlangsung di Jawa Tengah pada pagi hari. Namun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ini berubah pada sore-awal malam yakni hujan ringan-lebat terutama di kawasan pegunungan dan dataran tinggi wilayah tengah dan timur.

Potensi cuaca ekstrem masih akan berlangsung di sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Boyolali, Sragen, Purwodadi dan Blora.

“Dampak cuaca ekstrem tersebut mengancam munculnya bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir dan angin puting beliung,” kata Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Risca Maulida, Rabu (23/10/2024).

Berdasarkan pengamatan satelit cuaca pukul 05.30 WIB, lanjut Risca Maulida, potensi hujan ringan-sedang juga masih akan mengguyur sejumlah daerah seperti Mungkid, Karanganyar, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Ungaran, Temanggung, Kajen, Slawi, Brebes, Magelang dan Ambarawa, sedang hujan ringan di Cilacap, Kebumen, Purworejo, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Demak, Pemalang, Surakarta, Salatiga, Tegal, Bumiayu dan Majenang.

“Angin pada umumnya bertiup dari arah barat-timur laut berkecepatan 03-30 kilometer per jam, suhu udara berkisar 18-35 derajat celsius dengan kelembapan udara 45-95 persen,” tutur Risca Maulida.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang Winda Ratri mengungkapkan di masa pancaroba yakni perubahan cuaca dari musim kemarau ke penghujan ini, fenomena hujan es dimungkinkan terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti di Mojosongo (Solo) pada Senin, 21 Oktober 2024.

Fenomena hujan es tersebut, menurut Winda Ratri, karena belum semua wilayah Jawa Tengah memasuki musim penghujan, sebagian besar masih berada di masa peralihan yakni adanya awan Cumulonimbus yang tumbuh cukup tinggi hingga mencapai lapisan suhunya 0 derajat (reezing level) dan uap air terdorong ke atas dari udara yang naik cukup kuat, dengan labilitas yang juga tinggi.

Dipengaruhi labilitas udaranya yang cukup kuat, naik sampai ke lapisan freezing level, ujar Winda Ratri, sehingga massa udara atau airnya berkondensasi dan kemudian bisa terbentuk menjadi es, ketika awan sudah cukup jenuh dan tidak dapat lagi menampung air maka hujan akan turun.

“Partikel ini ikut turun dan ketika sampai di daratan belum sepenuhnya cair maka bisa terjadi hujan es,” tambahnya.

Sementara itu pemantauan lainnya banjir rob juga kembali merendam sejumlah daerah di Jawa Tengah seperti Pekalongan, Semarang dan Demak dengan ketinggian bervariasi 20-100 sentimeter, rob datang pada umumnya pada dini hari pukul 01.00-04.00 WIB, namun kembali menyusut memasuki pagi sehingga warga berada di pesisir harus terus waspada.

Menurut Sundari,40, warga Sayung, Kabupaten Demak banjir rob pada dini hari ini cukup mengganggu aktivitas warga terutama mereka yang beraktivitas pada jam itu seperti pedagang di pasar pagi, karena jalan keluar masuk desa terendam banjir.

“Saya terpaksa ke pasar sebelum tengah malam untuk menghindari rob dan pulang ketika air sudah surut,” imbuhnya.


Eksplorasi konten lain dari Cinews.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *