PT Sanken Indonesia Tutup Bukan Karena Bangkrut Tapi Kebijakan Manajemen

PT Sanken Indonesia (Istimewa)

Bekasi, CINEWS.ID – PT Sanken Indonesia yang akan menutup pabriknya pada Juni mendatang, bukan pabrik penghasil elektronik rumah tangga. Produk PT Sanken Indonesia adalah switch mode power supply, sedangkan perabot elektronik rumah tangga dihasilkan oleh PT Sanken Argadwija.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE), Setia Diarta, mengatakan PT Sanken Indonesia tidak ada afiliasi dengan PT Sanken Argadwija.

“Adapun produk yang dihasilkan PT Sanken Indonesia adalah switch mode power supply dengan kapasitas produksi sebesar 3,95 juta pcs per tahun dan transformator dengan kapasitas produksi mencapai 4,32 juta pcs per tahun. Pangsa pasar mereka untuk sektor otomotif dan elektronik,” ungkap Setia dalam keterangan resmi dikutip, Ahad (23/2/2025).

“Jadi, kami meluruskan informasi yang beredar. Supaya tidak ada kesalahpahaman, bahwa PT Sanken Indonesia bukan produsen yang menghasilkan produk-produk elektronik rumah tangga dengan merek Sanken. Mereka ada produsen power supply dan transformator,” bebernya.

Lebih lanjut Satria bilang, Kementerian Perindustrian menyatakan rencana PT Sanken Indonesia mau hengkang dari Tanah Air merupakan permintaan perusahaan induk, Sanken Electric, yang berlokasi di Jepang. Namun, hingga saat ini perseroan masih produksi dengan utilitas sekitar 10% untuk memasok kebutuhan komponen otomotif bagi konsumen Indonesia hingga Juni 2025.

Setia menyampaikan, sejak mengumumkan rencana hengkangnya, PT Sanken Indonesia sudah membeberkan desain produk existing mereka kepada perusahaan lain. Hal ini bertujuan supaya produk serupa dapat tetap diproduksi buat memenuhi kebutuhan konsumen.

Sebagai informasi, PT Sanken Indonesia berdiri sejak tahun 1997 di kawasan industri MM 2100 Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Total investasi yang telah mereka gelontorkan sebanyak Rp49 miliar yang merupakan penanaman modal asing (PMA). Perusahaan ini menyerap tenaga kerja sekitar 457 orang.

“Kami mendapat laporan, perusahaan telah bernegosiasi dengan karyawan untuk penyelesaian pesangon dan hak lainnya sebagaimana yang telah diatur oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan,” ungkap Setia.

Selain itu, PT Sanken Indonesia berupaya memberikan pelatihan kewirausahaan kepada pekerjanya yang berminat, dan perusahaan sedang menjalin komunikasi dengan sesama perusahaan PMA Jepang yang berada di sekitar lokasi pabrik, untuk dapat menyerap tenaga kerja Sanken Indonesia.

Setia juga menyebutkan, beberapa alasan PT Sanken Indonesia akan menghentikan operasional produksinya. Pertama, tidak ada dukungan pemutakhiran desain dan teknologi dari induk perusahaan di Jepang akibat penjualan divisi terkait.

“Pada periode tahun 2017 – 2019, divisi terkait power supply dan transformator di perusahaan induk dijual kepada grup perusahaan lain di Jepang, namun kepemilikan PT Sanken Indonesia tidak ikut berpindah sehingga berakibat tidak ada lagi dukungan pemutakhiran desain dan teknologi produk terhadap PT Sanken Indonesia dari perusahaan induk di Jepang,” jelasnya.

Alasan kedua, yaitu perusahaan tidak mampu bersaing untuk menyesuaikan dengan produk-produk baru.

“Perusahaan terus mengalami kerugian. Kerugian ini juga menjadi perhatian mengingat produk PT Sanken Indonesia tidak lagi menjadi bisnis utama Sanken Electric yang fokus kepada pengembangan produk semikonduktor,” ungkapnya.

Setia menegaskan, penghentian lini produksi PT Sanken Indonesia ini bukan lantaran iklim usaha di Indonesia, tetapi lebih pada kebijakan manajemen yang ada di Jepang untuk memberhentikan operasional mereka.

“Karena perusahaan ini sebenarnya sudah merugi dari 2019,”lanjutnya.

Sementara itu, Direktur Marketing PT Sanken Argadwija Esmond H Tirtajasa menegaskan, pemberitaan mengenai pabrik PT Sanken Indonesia di kawasan industri MM 2100 yang akan ditutup, bukan bagian dari PT Sanken Argadwija.

“Pabrik yang tutup itu merupakan pabrik khusus penyediaan produksi parts kecil, dan sama sekali bukan bagian dari pabrik kami,” ucapnya.

Ia mengatakan, PT Sanken Argadwija merupakan pabrik yang memproduksi alat elektronik rumah tangga seperti lemari es, showcase, water dispenser, solar water heater, mesin cuci, air conditioner, televisi, rice cooker, kipas dan produk-produk rumah tangga lainnya.

“Pabrik kami berlokasi di Tangerang, dan berbeda dari segi kepemilikannya dengan perusahaan yang sedang diberitakan itu,” tambahnya.

PT Sanken Argadwija bahkan berencana untuk melakukan perluasan pabrik ke area Cirebon, Jawa Barat. Perluasan pabrik ini bertujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin membesar.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal melihat adanya alarm darurat dari tutupnya pabrik PT Sanken Indonesia. Pasalnya, sekitar 900 orang telah dipastikan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dia mengatakan sebanyak 400 orang bakal di-PHK pada Juni 2025. Setahun yang lalu pabrik di Cibitung, Bekasi ini telah merumahkan 500 karyawan.

“Dengan demikian, ditutupnya pabrik Sanken di Indonesia telah mengakibatkan 900 orang buruh kehilangan pekerjaan dengan masa kerja rata-rata 15 tahun dengan usia pekerja 30-40 tahun yang bisa dipastikan akan sulit mencari kerja pasca di-PHK,” ungkap Said Iqbal dalam keterangan tertulis dikutip Ahad (23/2/2025).

Dengan begitu, dia mengatakan tingkat pengangguran akan bertambah. Tren serupa terjadi di induatri tekstil, garmen, san alas kaki. Iqbal mencatat ribuan buruh di industri tersebut harus kehilangan pekerjaannya sepanjang 2024.

“400 orang buruh PT Sanken Indonesia yang merupakan anggota KSPI hingga saat ini masih bekerja sampai dengan Juni 2025. Manajemen perusahaan sudah memberitahu kepada karyawan dari satu tahun yang lalu bahwa perusahaan akan ditutup atau berhenti beroperasi pada bulan Juni 2025,” tuturnya.

Dia bilang, serikat pekerja FSPMI-KSPI PT Sanken Indonesia masih terus berunding dengan manajemen perusahaan tentang besaran pesangon dan hak-hak lainnya yang akan diterima pekerja.

PT Sanken Indonesia yang berasal dari Jepang ini telah setuju untuk memberikan pesangon karyawannya sebesar 2,6 kali peraturan undang-undang, atau 1,6 kali di atas 1 kali peraturan undang-undang.

Tetapi serikat pekerja masih menegosiasikan di atas 3 kali peraturan undang-undang. Alasannya rata-rata usia pekerja akan sulit mencari pekerjaan baru pasca PHK. Kemudian, perusahaan selama beroperasi di Indonesia puluhan tahun mendapatkan keuntungan yang besar sekali.

“Perundingan antara serikat pekerja FSPMI-KSPI dengan manajemen perusahaan masih terus berlangsung dan kedua belah pihak bersepakat tidak akan melibatkan pihak ketiga termasuk pemerintah dalam perundingan internal ini,” kata Said Iqbal.

Menurutnya, PHK 900 buruh PT Sanken Indonesia ini di awal tahun 2025 merupakan alarm darurat ancaman PHK puluhan ribu karyawan di sektor industri elektronik elektrik. Menyusul fenomena serupa atas ratusan ribu buruh ter-PHK di sektor industri tekstil, garmen, sepatu, sepanjang tahun 2024.

Said Iqbal mengingatkan, pada akhir Desember 2024 atau awal Januari 2025, perusahaan elektronik asal Jepang, PT Yamaha Music Indonesia di Bekasi juga telah mem-PHK 400 orang buruhnya. Ditambah lagi kantor di Jakarta telah mem-PHK 700 orang buruhnya. Total buruh PT Yamaha Music Indonesia yang telah di-PHK di awal tahun 2025 sebesar 1.100 orang.

Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Jabar) turut mengawal nasib pekerja terdampak penutupan pabrik Sanken Indonesia di Kawasan Industri MM2100 Cikarang pada Juni 2025 meski belum menerima gambaran detail rencana dimaksud dari perusahaan terkait.

“Kami sudah konfirmasi ke perusahaan terkait namun hingga kini belum ada informasi lebih lanjut. Kami juga tahu informasi ini dari media,” kata Kepala Bidang Hubungan Industrial pada Disnaker Kabupaten Bekasi Fuad Hasan di Cikarang di kutip dari Antara, Ahad (23/2/2025).

Ia mengatakan pemerintah daerah ingin memastikan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang akan dilakukan perusahaan terkait tidak menimbulkan kerugian bagi pekerja terdampak, terutama aspek pemenuhan hak mereka.

Menurut informasi awal yang diterima pemerintah daerah, saat ini perusahaan tersebut masih berproses untuk menuntaskan tahapan perundingan internal secara bipartit bersama serikat pekerja.

“Info dari perusahaan, mereka masih dalam proses perundingan internal secara bipartit di perusahaan,” katanya.

Kondisi PHK besar-besaran ribuan buruh di 2 perusahaan Jepang ini, dengan alasan relokasi produksi ke negara asalnya Jepang, dan ada sebagian relokasi ke China, menjadi alarm ancaman PHK besar-besaran di Indonesia khususnya sektor elektronik.

Menyikapi hal itu, diharapkan pemerintah untuk dapat segera mengambil langkah antisipasi terhadap ancaman PHK puluhan ribu buruh. Terutama di sektor elektronik elektrik dan ratusan ribu buruh yang sudah ter-PHK di sektor tekstil, garmen, dan sepatu sepanjang tahun 2024.

Sebab, jika tidak ada solusi dan langkah-langkah yang jelas dari pemerintah, maka bisa dipastikan angka pengangguran akan meningkat, PHK terjadi di mana-mana, dan industri nasional terancam bangkrut.

Dalam hal ini, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri Tenaga Kerja, dan Menko Perekonomian harus bekerja secara maksimal sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, untuk meningkatkan daya saing industri nasional dan menghindari PHK puluhan ribu buruh bahkan ratusan ribu buruh, bila tidak sanggup, Presiden Prabowo Subianto sebaiknya mengevaluasi kinerja para menteri tersebut.