Dirut Bulog Sebut Akuisisi Perusahaan Beras Asal Kamboja Tidak Ganggu Produksi Dalam Negeri

JAKARTA, cinews.id – Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memastikan rencana akuisisi perusahaan beras asal Kamboja tidak akan mengganggu produksi beras di dalam negeri. Khususnya, industri penggilinan kecil.

Bayu menjelaskan akusisi tersebut merupakan langkah pemerintah untuk mengamankan stok beras jika Indonesia membutuhkan impor.

Namun, sambung Bayu, jika Indonesia tidak membutuhkan beras tambahan, maka akan dijual ke pasar lelang internasional.

“Kenapa harus khawatir? Berarti kalau saya punya beras atau Bulog punya beras di Kamboja, kalau kita butuh, kita ambil. Kalau kita enggak butuh, ya trading di trading aja di internasional,” tuturnya di Jakarta, ditulis Jumat (21/6/2024).

Selain itu, Bayu mengatakan alasan rencana akuisis ini bertujuan agar Indonesia tidak perlu lagi mencari negara produsen beras. Mengingat banyak negera kira menutup ekspor beras.

“Kita bikin bisa punya buka agen di sana gitu. Terus nanti kalau udah bisa jalan dengan bagus, saling lihat situasi, gimana kalau kita misalnya belinya di penggilingan, penggilingan mereka gitu dan seterusnya. Jadi ini adalah sebuah langkah untuk memastikan lebih bisa menjamin pasokan kalau kita perlu,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo menyebut penjajakan Indonesia untuk mengakuisisi perusahaan beras di Kamboja bersifat transaksi bisnis tanpa mempengaruhi stok pangan nasional.

“Nomor 1 itu pasti prioritas produksi dalam negeri, sudah pasti,” kata Arief Prasetyo usai menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (14/6/2024).

Ia mengatakan transaksi bisnis yang terjadi antara satu perusahaan ke perusahaan lain lintas perbatasan negara lazim dilakukan oleh berbagai negara.

“Itu kan dilakukan oleh China, Malaysia, punya ranch di Australia, di Tiongkok, itu cross boarder untuk beberapa negara yang tidak memungkinkan dilakukan di negaranya,” katanya.

Namun, Arief memastikan penjajakan akuisisi perusahaan beras dengan Kamboja merupakan bagian dari business to business, dengan skala prioritas produksi dalam negeri.

Pemenuhan stok beras dalam negeri dipastikan Arief menjadi prioritas utama, berdasarkan berbagai kebijakan pemerintah dalam meningkatkan produksi pangan nasional.

“Sekarang kan nomor satu produksi dalam negeri, buktinya ada 20 ribu pompa, waduk, Jalan Usaha Tani, pupuk dari 4,7 ke 9,5 juta ton, waduk dibangun 61 unit, saluran primer, sekunder, tersier pun dibangun, cetak sawah, benih. Itu kan artinya kita dorong produksi dalam negeri,” katanya.


Eksplorasi konten lain dari Cinews.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *