Jakarta, CINEWS.ID – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa ingin menyiapkan sistem berbasis akal imitasi (AI) untuk mengawasi jalur kepabeanan dan cukai. Usai melakukan inspeksi dadakan (sidak) ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan Rabu (22/10/2025) pagi ini, Purbaya menilai sistem pengawasan yang dimiliki oleh Bea Cukai belum cukup optimal untuk bisa memonitor praktik-praktik ilegal secara efektif.
“Sebenarnya sudah cukup bagus, tapi belum ke level di mana saya bisa secara daring di situ saja memonitor kapal underinvoicing. Belum sampai sana karena AI-nya belum dikembangkan. Dalam tiga bulan ke depan kami akan kembangkan sistem AI yang lebih siap di Bea Cukai,” kata Purbaya, di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Rencananya itu merupakan lanjutan dari tinjauannya terhadap Lembaga National Single Window (LNSW) Kemenkeu. Purbaya, Selasa (21/10) kemarin, menyatakan ingin membuat LNSW menjadi pusat intelijen berbasis teknologi informasi (IT) dalam pengawasan aktivitas ekspor dan impor.
Dalam konteks itu, LNSW nantinya akan menjadi think tank atau organisasi yang memberikan rekomendasi melalui riset untuk aktivitas perdagangan. Purbaya bakal menyiapkan 10 orang ahli dari berbagai bidang yang bisa menganalisis potensi-potensi kebocoran yang ada.
“Ini kelanjutannya. Saya akan perkuat semua, LNSW, bea cukai, dan nanti juga pajak. Pada dasarnya, kami akan perkuat sistem penerimaan kita dari ujung ke ujung,” ujarnya pula.
Purbaya optimistis ketika sistem AI tersebut telah terintegrasi dengan data-data instansi naungannya, penerimaan negara bakal terus bergerak membaik.
“Kalau sampai sistem betul-betul terintegrasi, dalam beberapa bulan ke depan harusnya penerimaan bea cukai akan lebih efisien daripada sekarang,” kata Purbaya lagi.
Kemenkeu mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp221,3 triliun hingga 30 September 2025, setara 73,4 persen dari target APBN 2025. Realisasi ini ditopang oleh kenaikan penerimaan bea keluar dan cukai.
Penerimaan cukai tercatat Rp163,3 triliun atau 66,9 persen dari target APBN. Meski produksi Cukai Hasil Tembakau (CHT) turun 2,9 persen, penerimaan cukai tetap tumbuh 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kemudian, penerimaan bea keluar tercatat Rp21,4 triliun atau 477,8 persen dari target APBN, melonjak 74,8 persen secara tahunan. Kenaikan ini terutama didorong oleh kenaikan harga minyak kelapa sawit (CPO), volume ekspor sawit, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga.
Sementara itu, bea masuk mencapai Rp36,6 triliun atau 69,2 persen dari target APBN. Angka ini mengalami kontraksi 4,6 persen dibandingkan tahun lalu akibat penurunan tarif bea masuk pada sejumlah komoditas pangan serta pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang menurunkan tarif impor.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan bakal menerapkan sanksi berupa denda kepada importir pakaian dan tas bekas (balpres) ilegal.
Purbaya menilai langkah yang diambil dalam menindak importir ilegal selama ini tidak menguntungkan negara. Maka perlu dicari cara agar penindakan aktivitas ilegal itu bisa memberikan keuntungan.
“Rupanya selama ini hanya dimusnahkan dan yang impor masuk penjara. Saya (Menkeu) nggak dapat duit, (importir) nggak didenda, jadi saya rugi. Cuma mengeluarkan ongkos untuk memusnahkan barang itu, ditambah ngasih makan orang-orang yang dipenjara itu,” ujar Purbaya di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Rabu.
Purbaya pun menyebut telah memiliki daftar pemain dalam aktivitas impor balpres ilegal. Mantan Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini bakal memblokir pemain-pemain tersebut agar tidak lagi bisa mengakses aktivitas impor.
Lebih lanjut, Purbaya menegaskan kebijakannya ini bertujuan untuk menghidupkan kembali pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) legal yang juga bisa menciptakan lapangan kerja, terutama produsen industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Purbaya juga menjamin rencananya itu tidak akan merugikan pedagang pasar, seperti Pasar Senen. Ketika barang ilegal sudah diberantas nantinya, kata Purbaya, dagangan pasar akan dipenuhi oleh barang-barang dalam negeri.
“Jadi, kami ingin menghidupkan lagi produsen-produsen tekstil dalam negeri,” tuturnya.
Purbaya pagi ini melakukan inspeksi dadakan (sidak) ke Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan.
Usai sidak, Purbaya menyatakan ingin menyiapkan sistem berbasis akal imitasi (AI) untuk mengawasi jalur kepabeanan dan cukai.
Sistem AI itu bakal mengintegrasikan data-data instansi naungannya, seperti DJBC dan Lembaga National Single Window (LNSW).
Melalui sistem itu, dia menargetkan dapat menciptakan sistem pengawasan kepabeanan dan cukai yang bisa memonitor praktik-praktik ilegal secara efektif.
Eksplorasi konten lain dari CINEWS.ID
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

