Tingkat Penyalahgunaan Masih Tinggi, Kabareskrim Polri Sebut Harus Diberantas dari Dua Sisi

Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Wahyu Widada.

Jakarta, CINEWS.ID – Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan, tingkat penyalahgunaan narkoba di Indonesia masih tinggi. Maka itu, pemberantasannya harus dari dua sisi.

“Nah, oleh karena itu kita sama-sama kegiatan penanganan pemberantasan narkoba ini harus dua sisi. Demandnya juga dikurangi, edukasinya harus diperkuat,” kata Wahyu kepada wartawan dikutip Kamis (6/3/2025).

Wahyu mengatakan Kepolisian akan melakukan tindakan-tindakan edukasi, seperti mengubah kampung narkoba menjadi kampung bebas narkoba.

Menurutnya ada beberapa tempat yang sudah diintervensi untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan pengguna narkoba di kampung narkoba.

“Ini adalah salah satu upaya kita. Kalau kita lihat memang jumlahnya masih tinggi (penyalahgunaan narkoba), ya itulah yang harus kita lakukan,” ujar jenderal polisi bintang tiga itu.

Wahyu menuturkan penegakan hukum semata tidak akan menyelesaikan masalah. Namun, juga perlu edukasi, sosialisasi, dan mengurangi demand atau permintaannya. Maka itu, Wahyu menyebut butuh semua stakeholder terlibat dalam pemberantasan narkoba.

“Tetapi terhadap pengguna tentu sesuai dengan aturan kan, kalau semuanya di kita hukum, masuk penjara, penjaranya penuh malah nanti tidak mendidik mereka juga. Kita harus tetap optimis bahwa kita akan sanggup menyelesaikan ini, harus optimis,” ucap mantan Asisten Kapolri bidang Sumber Daya Manusia itu.

Kemudian, dalam pemberantasan narkoba ini, Wahyu menyebut Polri telah bekerja sama dengan otoritas-otoritas negara lain. Wahyu mengakui tantangan memberantas narkoba itu besar. Apalagi, kata dia, bagi anggota yang menangkap pelaku di tengah laut dengan ombak yang besar.

Wahyu mengungkapkan, Polri pernah melakukan operasi penangkapan di laut Selatan Sumatra bersama Bea Cukai. Kemudian, kapal anggota dihantam ombak, buritan jebol dan tiga hari anggota terombang-ambing di tengah laut.

“Ketika itu saya dilaporkan ‘pak, ada anggota kita sakit pak’. Waktu itu kita sudah stres loh, apa kena tembak atau kena ini, ternyata karena tiga hari di lapangan itu susah. Buang air sudah nggak bisa, karena buritannya udah jebol dan kamar mandinya jebol. Jadi mandinya di laut, buang airnya di laut, begitulah perjuangan teman-teman kita. Kita harus tetap optimis untuk memberantas ini,” pungkasnya.