LAMPUNG, Cinews.id – Adanya pergantian nama hari Ahad ke Minggu didalam kalender nasional, salah satu fakta sejarah bahwa ada pertarungan sistem budaya. Nampak hegemoni budaya Barat-Eropa terus menggerogoti budaya Melayu Islam di Indonesia, yang tersebar di daerah-daerah, tanpa sadar dan seolah-olah bukan masalah.
Sebutan hari Ahad sebagai hari awal pekan, beberapa puluh tahun terakhir mulai lenyap, dan bahkan ketika kita bertanya kepada siswa atau mahasiswa bahkan khalayak umum, mereka sudah tidak lagi tahu asal-muasal nama hari Minggu yang berasal dari nama hari Ahad.
Mereka dengan entengnya menyebut hari Ahad dengan hari Minggu. Dan yang lucu lagi, banyak yang tidak mengenal bahwa hari hari yang ada di Indonesia berasal dari bahasa Arab, Ahad, Senin (isnain), Selasa (sulasa’), Rabu (arbia’), Kamis (khamis). Jumat (Jumuah), Sabtu (Sabt).
Padahal, dari permulaan hari dalam sepekan yaitu Ahad, maka menjadi lucu, ketika lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga lainnya memulai aktifitasnya dengan hari kedua, yang seharusnya kalau mengikuti arti bahasanya aktifitas atau kegiatan apapun dimulai dari hari Ahad, bukan hari Senin. Karena hari Senin berarti hari kedua, dari satu pekan.
Dari perubahan permulaan hari ini pun, terjadilah pergeseran budaya, banyak lembaga yang memulai dari hari Senin, karena pada hari Ahad aktifitasnya diliburkan mengikuti makna dari hari Minggu (hari Istirahat), yang padahal kalau mengikuti maknanya, seharusnya segala aktifitas aktifitas dimulai pada hari Ahad karena hari Ahad adalah hari pertama dalam satu pekan.
Berdasarkan penelusuran Cinews.id dari sumber literatur, Munculnya istilah hari minggu bermula dari seorang pendeta Nashrani di zaman Belanda yang bernama Santo Da Minggoes.
Karena siasat dan upaya keras sosok pendeta Santo Da Minggoes mengawali dan membudayakan ritual ke-Kristenan di hari Ahad, Maka melihat kedepan istilah Minggu sangat penting dan strategis sebagai wujud besarnya eksistensi ke-Kristenan di Indonesia, sekaligus sebagai penghormatan dan peringatan ummat Nasrani kepadanya, organisasi gereja dan nasrani pun berupaya keras untuk mensiasati dan menggeser-menggusur istilah Islam hari Ahad dengan menyebutkanya dengan kata hari Minggu.
Fakta sejarah ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita, bahwa perubahan nama hari sangat berpengaruh bagi perubahan sebuah kebudayaan suatu bangsa, dan bagi umat Islam sendiri terutama generasi kekinian (genZ), hari Ahad sudah banyak dilupakan bahkan tidak mengetahui, lantaran maraknya kalender dan media yang menggunakan nama hari Ahad dengan nama Minggu.
Meski demikian, masih ada beberapa pondok pesantren, madrasah dan lembaga-lembaga lainnya yang masih menerapkan hari libur, pada hari Jumat. Karena hari Jumat (bagi umat Islam) adalah sayyidul Ayyam, hari penuh berkah dan hari untuk banyak melakukan peribadatan kepada Allah.
Kini kita ketahui bersama, proses sosialisasi dan penggusuran kata hari Ahad menjadi hari minggu tersebut sangat halus serta sukses dan bahkan menjadi sebutan keseharian kita hingga saat ini.
M. Ibnu Ferry
Eksplorasi konten lain dari Cinews.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.