JAKARTA, Cinews.id – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut sampah sisa program makan bergizi gratis bakal diolah menjadi pupuk guna mencegah pencemaran limbah.
Menurut Dadan Hindayana pemanfaatan sampah sisa program makanan bergizi gratis tersebut dapat menjadi potensi ekonomi sirkuler bagi masyarakat.
“Kami sudah masukkan di dalam ekosistem, bahkan sampah hasil masakan sudah kami rancang untuk menjadi pupuk, bagian dari ekosistem yang akan kembali ke lahan,” kata Dadan Hindayana di kompleks parlemen, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
“Nanti paling sampah-sampah sisa makanan itu akan kami gunakan menjadi pupuk di pertanian sehingga ekonomi sirkuler bisa terjadi,” ujar dia.
Dadan juga menambahkan bahwa makanan bergizi gratis akan didistribusikan dalam kemasan ulang sehingga sampah sisa makanan tidak mencemari lingkungan.
“Perlu diketahui bahwa kami akan mendistribusikan masakan dengan kemasan yang dapat digunakan ulang, jadi tidak sekali pakai,” ucapnya.
Dadan mengemukakan bahwa BGN juga membentuk satuan pelayanan yang bekerja sama dengan pemerintah daerah maupun para mitra untuk menyukseskan program makan bergizi gratis.
“Semua dikelola oleh BGN, tidak ada satuan pelayanan yang tidak dikelola BGN, hanya penyiapan strukturnya ada yang didanai oleh APBN, ada yang kemitraan, baik itu oleh kementerian/lembaga lain maupun pihak ketiga,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pembentukan satuan pelayanan BGN di masing-masing daerah dapat menyerap tenaga kerja baru.
“Di satuan pelayanan, pegawai BGN, kan, ada tiga, tetapi pegawai lokalnya ada 30-47 orang, jadi tentu akan menyerap tenaga kerja baru,” katanya.
Kepala BGN ini juga memastikan ada ahli gizi yang memantau proporsi gizi hingga pilihan menu untuk program Makan Bergizi Gratis di setiap satuan layanan.
Perlu diketahui bahwa di setiap satuan layanan, pihaknya mewajibkan ada ahli gizi yang dididik di perguruan tinggi, dan mereka sudah paham standar proporsi gizi untuk anak-anak, baik itu untuk balita, PAUD, SD, maupun SMA, komposisi gizinya mereka tahu.
Di samping itu, Dadan Hindayana juga menyebut bahwa ahli gizi tidak hanya berhenti pada memantau kandungan gizi pada setiap makanan.
Nantinya ahli gizi juga bertugas memastikan menu makanan yang diberikan telah sesuai dengan selera sasaran di masing-masing daerah.
Ia menjelaskan bahwa ahli gizi itu juga akan melihat bagaimana kesukaan anak-anak di daerah masing-masing.
Dengan demikian menu yang dibuat di satuan pelayanan itu tidak dibuat begitu saja oleh ahli gizi. Akan tetapi, juga melihat dan mengkaji seberapa suka anak-anak terhadap makanan tersebut.
“Kita berharap makanan itu benar-benar dimakan, tidak mubazir kemudian dibuang,” pungkasnya.
Eksplorasi konten lain dari Cinews.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.