Daerah  

Upah Rendah, Buruh di Yogyakarta Mengeluh Tak Mampu Sekolahkan Anak

Yogyakarta – Ratusan buruh di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar long march di kawasan Malioboro hingga titik nol kilometer dalam peringatan hari buruh internasional, Rabu, 1 Mei 2024.

“Upah buruh sampai saat ini rendah. Di Yogyakarta kenaikan upah mestinya 15 persen,” kata Koordinator Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY, Irsad Ade Irawan, di Yogyakarta, Rabu (1/5/2024).

Irsad mengatakan selama bertahun-tahun upah buruh di Yogyakarta menjadi yang paling rendah di Indonesia. Situasi itu berdampak pada setiap aspek kehidupan buruh, termasuk kenaikan harga kebutuhan pokok yang tanpa bisa diprediksi.

“Buruh mau menyelokahkan anaknya di kota sendiri harus utang tetangga. Selama tak bisa secara mandiri menyekolahkan anak, buruh tak akan bisa sejahtera,” jelasnya.

Para buruh tersebut juga menyampaikan banyak persoalan dan tuntutan. Mulai dari UU Cipta Kerja yang memihak pengusaha, sistem kerja kontrak, hingga pemberangusan serikat pekerja yang semestinya tak ada jika pemerintah berniat menyejahterakan rakyatnya.

“Bahkan dengan adanya UU Cipta Kerja pesangon buruh bisa dibuat jadi 50 persen. Bahkan pesangon yang harusnya 100 persen menjadi 48 persen setelah diakali,” ujarnya.

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Aditya Surya Dharma mengatakan melakukan pengamanan penuh mengantisipasi sejumlah hal. Ia sudah berkoordinasi dengan massa buruh agar demonstrasi tidak susupi hingga terjadi tindakan anarkhis.

“Personel kami kerahkan 138 orang dibantu Polda DIY. Pengamanan sejak titik kumpul, Malioboro, hingga titik nol km,” ujarnya.


Eksplorasi konten lain dari Cinews.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *